RSS

Selasa, 12 Oktober 2010

THE KHALIFAH TOWER


SELAMAT DATANG di Burj Khalifa. Saya yakin sepuluh dari tiap sepuluh orang di sini tahu bahwa kita sedang berada di pencakar langit tertinggi di dunia. Dengan bangga saya sampaikan bahwa ini bukan sekadar menara, tapi tiap lantainya adalah anak tangga menuju surga.
Tinggi gedung ini sekitar 828 meter. Di Indonesia ini setara dengan tumpukan tujuh Monas. Bila strukturnya ditenggelamkan di Laut Jawa, 700 meter di antaranya masih akan berada di atas permukaan laut.
Saya merasa--dan cepat atau lambat Anda pasti akan setuju--menara 166 lantai ini lebih tepat disebut kota vertikal ketimbang pencakar langit biasa. Di sini ada seribu apartemen, lebih dari seratus restoran, hotel dengan seratusan kamar yang dirancang sendiri oleh Giorgio Armani, berlantai-lantai fitness center, lebih dari seribu toko, dan 3.000 tempat parkir.

Sekarang Anda sedang berada di lantai dasar dari gedung yang sebelumnya akan dinamai Burj Dubai. Kami tidak menyebutnya ground floor, tapi downtown. Artinya bukan pusat kota, tapi kota di lantai bawah.
Di downtown Anda bisa belanja di supermarket terbesar di dunia, The Dubai Mall. Luasnya 1 juta meter persegi, kira-kira setara dengan 50 kali kompleks perbelanjaan mewah Senayan City. Ada 1.200 toko di sini, termasuk 70 butik rumah mode internasional. Jadi, bila Anda meluangkan waktu satu menit saja untuk mengunjungi semua toko di sini, Anda baru selesai mampir di toko terakhir 20 jam kemudian.
Jika ingin suasana pasar tradisional Arab, sila keluar mal. Ada Souk al-Bahar yang memiliki 100 toko dan 22 restoran. Ada juga Gold Souk, pasar emas dengan 220 gerai.

Downtown memiliki jalan seperti di kota sungguhan, tapi tentu saja tak ada mobil. Namanya Emaar Boulevard. Lebarnya 73 meter, panjangnya 3,5 kilometer. Di kiri-kanannya terdapat toko-toko juga.
Nah, Tuan dan Puan, mari kita ke lantai atas. Anda tak perlu takut tragedi World Trade Center New York bakal terjadi di sini. Gedung ini dibangun pada 2004, pascaserangan teroris ke WTC. Maka desainernya, Skidmore, Owings & Merrill, yang bermarkas di Chicago, membikin rangka baja gedung ini sangat rapat hingga tak akan runtuh diterjang pesawat terbang. Jadi, dengan bangga saya memberi tahu bahwa gedung Emaar Properties yang dibangun dengan biaya US$ 1,5 miliar ini siap melawan serangan seburuk ke WTC.
Silakan memilih eskalator atau lift untuk naik. Anda bisa menggunakan salah satu dari delapan eskalator atau 57 lift yang tersedia di gedung ini. Saya merekomendasikan Anda untuk mencoba lift kami yang melesat 10 meter per detik--ini pengangkut vertikal tercepat di dunia. Kami juga memiliki lift terbesar di dunia, tapi ini hanya dipakai untuk evakuasi. Lift khusus dengan dek ganda itu bisa mengangkut 65 orang sekaligus atau beban hingga 5 ton.
Kita harus mampir sebentar di lantai 9, ke Armani Hotel Dubai. Menempati lantai 9-16, hotel ini memiliki 160 kamar yang berkonsep “Stay with Armani”. Kamar-kamarnya dirancang sendiri oleh Giorgio Armani dan mebelnya Armani/Casa. Semua serba Armani di sini--dari Armani/Spa, Armani/Dolci (toko cokelat dan manisan), Armani/Fiori (toko bunga), hingga tentu saja Armani/Galleria.
Di atas hotel ini, mulai lantai 19 sampai 108, terdapat 900 unit apartemen. Di dalamnya ada perpustakaan, spa, restoran, pasar, hingga cigar club--semua khusus untuk penghuni. Pusat publik apartemen ini adalah The Club yang menempati empat lantai. Jika Anda ingin membeli apartemen seharga US$ 1.500 per meter persegi ini, saya menyarankan untuk sekaligus berkantor di gedung ini. Di atas apartemen ini ada 37 lantai yang disediakan untuk kantor. Lobinya ada di lantai 123.
Kalau lobi tak bisa meredam stres saat bekerja, coba naik setingkat ke observation deck. Geladak ini hanya dibuka tiap Selasa untuk umum, dengan karcis US$ 27. Karena Anda penghuni Burj Khalifa, Anda bisa datang kapan pun. Dari geladak itu Anda bisa melihat cakrawala, bahkan menerabas perbatasan hingga beberapa kilometer. Anda juga bisa melihat “adik” menara ini yang tak kalah terkenal, Burj al-Arab. Atau melihat Palm Jumeirah di pulau buatan berbentuk pohon kurma.
Sayangnya, pemilik pulau buatan itu, Michael Jackson, sudah di surga. Tapi, jika Tuhan mengizinkan, Anda pun bisa melihat lantai surga dari tempat ini.





Bandingkan!

Dibanding gedung-gedung pencakar langit lainnya, Burj Khalifa memang terlihat amat jangkung.

Burj al-Khalifa
828 meter
Dubai
2009

Taipei 101
508 meter
Taiwan
2004

Menara Petronas
452 meter
Malaysia
1998

Willis (Sears) Tower
442 meter
Chicago, Amerika Serikat
1974

Empire State Building
381 meter
Kota New York, Amerika
1931

Burj al-Arab
321 meter
Dubai
1999

Monumen Nasional
128 meter


Sejarah telah terukir. Gedung tertinggi di dunia telah diresmikan dalam sebuah upacara kembang api yang dramatis di Dubai, Uni Emirat Arab. Khalifa Burj, gedung yang berbentuk mata pena ini memiliki ketinggian 828 meter (2.716 kaki), jauh lebih tinggi dari pemegang rekor sebelumnya, Taipei 101. Acara dibuka secara resmi oleh penguasa Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum. Sheikh Mohammed menggambarkan menara sebagai bangunan tertinggi yang pernah dibuat oleh tangan manusia. Tinggi Burj Dubai juga sekitar dua kali Empire State Building di New York AS, dan bisa dilihat sejauh jarak 95 km sementara bagian luarnya ditutup dengan panel kaca 26.000 buah, yang menyilaukan pandangan di tengah terik matahari padang pasir setempat.
Rancangan bangunan ini belum pernah ada baik secara teknik maupun logistik sebelumnya, bukan cuma terkait ketinggiannya tetapi juga karena Dubai sangat terpengaruh oleh kecepatan angin dan dekat dengan patahan bumi.


“Anda tahu bagaimana mengakalinya tapi anda selalu bertanya-tanya apakah cara itu benar-benar bisa diterapkan,” Mohamed Ali Alabbar, Direktur Emaar, pengembang pembangunan Burj Dubai menjelaskan pada BBC.
“Kami pernah dua kali kena sambaran petir, gempa besar terjadi tahun lalu dengan sumber gempa di Iran, lalu ada juga macam-macam angin yang menimpa saat kami tengah membangun. Hasilnya bagus dan saya salut pada para perancang dan profesional yang mendirikan gedung ini.”
Bergeser dari barat ke timur
Salah satu perusahaan di belakang Burj adalah perusahaan pengelola angin asal Kanada RWDI. Angin kencang di daratan Dubai bisa berhembus dengan kecepatan 50km per jam. Di puncak gedung, kekuatannya bisa naik menjadi tiga kali lipat.
Wayne Boulton, manajer tim pengelola angin RWDI di Timur Tengah, menjelaskan bagaimana mereka menguji ketahanan menara itu terhadap goncangan angin.
“Kami membangun sebuah model dengan skala tertentu dan meletakkannya dalam sebuah lorong angin,” kata Boulton. “Di dalam terowongan ini kami bisa menguji berbagai jenis kecepatan angin dan dari berbagai arah. Kami bisa uji tekanan yang dihasilkan pada permukaan menara dibawah kondisi normal serta dibawah situasi ekstrim.”
Dengan tinggi sekitar 800 meter, Burj Dubai dengan mudah mematahkan rekor bangunan tertinggi sebelumnya, menara Taipei 101 di Taiwan, setinggi 508 meter. Dua puluh tahun terakhir terjadi pergeseran pembangunan gedung pencakar langit dari Barat ke Timur. Empat dari lima gedung tertinggi di dunia terdapat di Asia dan Timur Tengah.
Gajah Putih?


Dubai adalah kota dengan predikat paling, dimana semuanya harus merupakan paling besar atau paling bagus. Namun seperti banyak gedung dengan gelar tertinggi lainnya, Burj Dubai direncanakan dan dibangun pada masa keemasan ekenomi, sementara selesai pada saat kejatuhan sektor properti. Gedung Empire State diselesaikan ditengah Depresi Besar AS tahun 1930an sementara menara Petronas di Malaysia selesai tahun 1990an sekitar terjadinya krisis keuangan Asia.
Kenyataan ini membawa orang bertanya-tanya apakah pemecah rekor bangunan tertinggi di dunia ini merupakan gajah putih, perumpamaan untuk barang yang nampak mewah dan indah dari luar namun justru menjadi beban besar bagi pemiliknya. Mohamed Ali Alabbar membantah keras.
“Sampai hari ini kami sudah menjual 90% menara ini dan kami perkirakan akan 90% terisi,” katanya. “Kami beruntung sudah mendapat laba sekitar 10%. Mulanya kami pikir impas saja sudah cukup, karena kami bisa mendapat banyak uang dengan menggarap lahan sekitar Burj Dubai yang luasnya mencapai 500 hektar.”
Fakta bahwa pengembang membukukan keuntungan sebesar US$1,5 miliar dari investasinya terjadi akibat pembelian lahan dilakukan dengan melepas saham bukan secara tunai, dan sebagian besar apartemen dan unit perkantorannya dijual sebelum harga properti ambruk.
Investor sudah menyerahkan sekitar 80% nilai apartamen dan kantor tersebut dan akan menggenapi pembayaran 20% saat menempatinya.

0 komentar:

Posting Komentar